Tahun 2015
diperkirakan ada 36 juta penduduk dunia yang meninggal akibat penyakit
ginjal. Selain ancaman kematian, penderita penyakit ginjal kronik (dalam
jangka waktu lama) juga akan berhadapan dengan konsekuensi untuk
menjalani cuci darah (hemodialisa) 3-5 kali seminggu seumur hidup.
Padahal jika ditemukan lebih awal, penanganan dapat dilakukan lebih
cepat untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut.
Diabetes Melitus, Hipertensi dan Obesitas Pemicu Kerusakan Ginjal
Penyebab
utama penyakit/kerusakan ginjal adalah diabetes melitus dan hipertensi.
Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu lama, seperti yang
terjadi pada diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan merusak ginjal
dan menurunkan kemampuannya untuk menyaring darah dan membuang sisa
metabolisme ke urin. Pada hipertensi, tekanan darah yang tinggi
menyebabkan kerusakan pada organ-organ yang dilewati pembuluh darah,
termasuk ginjal.
Karena
itu, orang-orang dengan diabetes melitus dan hipertensi harus
mewaspadai penyakit ginjal. Selain itu, seseorang yang obes/kegemukan,
mengalami nefritis (radang pada nefron) dan kista atau batu pada ginjal
juga patut mewaspadai hal yang sama.
Tahapan Kerusakan Ginjal
Tahapan
awal penyakit ginjal kronis ditandai dengan lolosnya sejumlah kecil
albumin/protein ke dalam urin atau disebut dengan kondisi
microalbuminuria. Albumin merupakan molekul dengan ukuran cukup besar
sehingga pada ginjal dengan kondisi sehat tidak akan dapat melewati
‘saringan’ glomeruli. Namun karena adanya kerusakan ‘saringan’
glomeruli, sebagian albumin tersebut dapat lolos dan keluar bersama
urin.
Pada
tahap ini fungsi penyaringan ginjal masih berjalan normal, dan jika
langsung ditangani fungsi ginjal masih dapat diperbaiki.
Saat
kerusakan ginjal terus berlanjut, protein yang lolos melewati ‘saringan’
glomeruli akan semakin banyak, hingga lebih dari 300 mg per hari.
Kondisi ini dikenal dengan sebutan macroalbuminuria atau proteinuria.
Fungsi ginjal pada tahap ini mulai merosot dan tubuh akan mulai
mengalami komplikasi akibat tertimbunnya ‘sampah’ sisa metabolisme yang
gagal dibuang.
Apakah akibatnya jika kerusakan ginjal terlambat diketahui ?
Kerusakan
ginjal berlangsung perlahan selama bertahun-tahun dan tanpa disertai
gejala, sehingga seringkali terlambat dideteksi atau dideteksi saat
kerusakan ginjal sudah pada tahap lanjut, dimana diperlukan penanganan
serius seperti hemodialisa atau bahkan cangkok ginjal. Meskipun
hemodialisa dan cangkok ginjal akan membantu penderita, namun penanganan
ini akan mempengaruhi kualitas hidup dan menimbulkan efek samping yang
tidak sedikit.
Karena itu pencegahan kerusakan ginjal tahap lanjut dengan pemantauan fungsi ginjal secara berkala sangatlah penting.
Bagaimana cara memantau fungsi ginjal secara berkala ?
Dua pemeriksaan yang dapat digunakan untuk memantau fungsi ginjal adalah Cystatin C dan Albumin Urin Kuantitatif.
Pemeriksaan
Cystatin C menggunakan sampel darah, digunakan untuk mengetahui
prakiraan/estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (eLFG) yakni berapa banyak
darah yang dapat disaring oleh glomerulus (unit penyaring ginjal) dalam
satu menit.
Nilai
eLFG ini mencerminkan fungsi ginjal. Ketika kadar Cystatin C naik,
berarti eLFG turun dan fungsi penyaringan pada glomerulus menurun,
begitu juga dengan fungsi ginjal.
Seseorang
dinyatakan menderita penyakit ginjal jika eLFG kurang dari 60 milimeter
per menit dan jika hal ini berlangsung lebih dari 6 bulan disebut
dengan Penyakit Ginjal Kronik.
Pada
orang dengan diabetes, The American Diabetes Association (ADA) dan The
National Institutes of Health (NIH) menganjurkan pengukuran eLFG paling
sedikit sekali dalam setahun.
Pemeriksaan
Albumin Urin Kuantitatif merupakan pemeriksaan yang mengukur kadar
albumin dalam sampel urin swaktu ataupun urin yang dikumpulkan dalam
waktu tertentu, sebagai penanda kerusakan ginjal. Jika menggunakan urin sewaktu, diperlukan pemeriksaan tambahan kreatinin untuk koreksi.
Seseorang
dinyatakan menderita penyakit ginjal jika terdapat > 30 mg albumin
per 1 g kreatinin yang menetap > 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
LFG.
ADA
dan NIH menganjurkan pemeriksaan albumin urin kepada penyandang diabetes
melitus tipe 2 setiap tahun sejak terdiagnosis, atau sejak tahun ke-5
terdiagnosis bagi penyandang diabetes melitus tipe 1.
TIPS UNTUK MENJAGA GINJAL SUPAYA SEHAT
Selain
melakukan pemantauan fungsi ginjal secara berkala, beberapa kebiasaan
sehat dibawah ini juga akan membantu agar ginjal Anda tetap sehat :
- Menjaga berat badan ideal
- Minum air putih sesuai kebutuhan
- Mengurangi konsumsi garam
- Melakukan aktivitas fisik 30-60 menit sehari
- Mengonsumsi makanan sehat
- Tidak terlalu sering konsumsi obat herbal
- Tidak terlalu sering konsumsi obat kimiawi
Dengan
menerapkan gaya hidup sehat dan memantau fungsi ginjal secara berkala,
semakin sempurnalah perlindungan ganda bagi ginjal Anda.
sumber dari laboratorium prodia
Komentar
Posting Komentar